Selama ini pengelolaan Jual Laboratorium Bahasa sekolah belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Bahkan terkesan ruang Jual Laboratorium Bahasa yang dibangun tidak berfungsi. Tidak sedikit ruangan yang dibangun bagi kegaiatan Jual Laboratorium Bahasa sekolah ada yang berubah fungsi. Tentu saja hal tersebut sangat disayangkan dan merugikan.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan bergesernya Jual Laboratorium Bahasa sebagai tempat untuk mengamati, menemukan, dan memecahkan suatu masalah manjadi ruang kelas ataupun gudang, antara lain :
1.Kurangnya kemampuan dalam mengelola Jual Laboratorium Bahasa sekolah.
2.Kurangnya pemahaman terhadap makna dan fungsi Jual Laboratorium Bahasa sekolah serta implikasinya bagi pengembangan dan perbaikan sistem pembelajaran IPA. Ironisnya keberadaan Jual Laboratorium Bahasa sekolah dianggap membebani sehingga jarang dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
3.Terbatasnya kemampuan guru dalam penguasaan mata pelajaran.
4.belum meratanya pengadaan dan penyebaran alat peraga Kit IPA sehingga menyulitkan bagi pusat kegiatan guru untuk menjalankan fungsi pembinaannya kepada para guru.
Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat Jendral dalam Anonim (2003), Jual Laboratorium Bahasa IPA-Fisika yang pemanfaatan dan pengelolaannya sebagai sumber belajar yang belum optimal atau tidak digunakan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1.Kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktek masih belum memadai
2.Kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas tenaga Jual Laboratorium Bahasa
3.Banyak alat-alat Jual Laboratorium Bahasa dan bahan yang sudah rusak yang belum diadakan kembali
4.Tidak cukupnya/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak setiap siswa mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen.
Kelengkapan Alat Dan Bahan
Hal ini menuntut para guru fisika membuat lembar kerja siswa yang merangsang siswa untuk bekerja dan mencoba menemukan teori, konsep, rumus fisika sederhana, sehingga mereka dilatih untuk menjadi peneliti-peneliti muda.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan berbagai peralatan yang memadai untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini alat peraga mempunyai peranan yang sangat penting bahkan dapat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan proses belajar mengajar. Secara garis besar alat peraga, ada yang mudah dibuat dan ada yang sukar dibuat. Alat yang mudah dibuat dinamakan alat peraga sederhana karena dapat menggunakan bahan murah dan mudah didapat dari lingkungan sekitar dan dapat pula dibuat sendiri oleh guru atau bersama-sama dengan peserta didik. Penggunaan dan pembuatan alat peraga sederhana dapat merangsang kreativitas para guru atau peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat alat peraga, sedangkan alat yang sukar akan dibuatkan oleh instansi yang memerlukan dan kemudian disebarkan ke sekolah .
Adapun administrasi alat praktek IPA menurut sukarso (2005), terdiri dari beberapa bagian antara lain :
1. Kartu stok adalah untuk mengetahui jumlah alat/bahan yang tersedia di Jual Laboratorium Bahasa dan tempat penyimpanannya
2. Buku inventaris, memuat catatan tentang jumlah semua macam barang yang ada di Jual Laboratorium Bahasa termasuk perabot Jual Laboratorium Bahasa
3. Daftar alat/bahan sesuai LKS
4. Buku harian kegiatan Jual Laboratorium Bahasa berguna untuk merekam semua kejadian dalam kegiatan Jual Laboratorium Bahasa
5. Label, memuat kode alat, nama alat dan jumlah alat dan keterangan mengenai kondisi alat tersebut
6. Format permintaan alat/bahan, biasanya diisi oleh guru bila akan melaksanakan kegiatan Jual Laboratorium Bahasa dan diberikan kepada laboran sebelum kegiatan dilakukan
Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Fisika
Untuk melaksanakan kegiatan di Jual Laboratorium Bahasa fisika perlu perencanaan yang sistematis agar dapat dicapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kegiatan praktikum fisika dapat dilaksanakan di dalam Jual Laboratorium Bahasa atau di luar Jual Laboratorium Bahasa (di lapangan), tergantung pada kepentingannya di dalam membahas konsep dan subkonsep. Dalam hal ini guru fisika dengan pertimbangannya dapat mengetahui alat mana yang dapat di bawa ke lapangan dan mana yang harus ada di Jual Laboratorium Bahasa atau tidak mungkin di bawa ke luar.
Dalam anonim (2003), Langkah-langkah praktis pelaksanaan kegiatan Jual Laboratorium Bahasa fisika adalah sebagai berikut :
1.Guru Fisika pada awal tahun pelajaran dan semester sebaiknya menyusun program semester yang ditanda tangani oleh kepala sekolah. Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan alat/bahan serta menyusun jadwal dan untuk keperluan supervisi bagi kepala sekolah.
2.Setiap akan melaksanakan kegiatan Jual Laboratorium Bahasa, guru sebaiknya mengisi format permintaan/peminjaman alat/bahan kemudian diserahkan kepada penanggung jawab teknis Jual Laboratorium Bahasa atau laboran. Ini diperlukan untuk mempersiapkan alat/bahan serta mengecek fungsi tiap-tiap alat.
3.Di Jual Laboratorium Bahasa, guru tidak hanya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan eksperimen, tetapi guru dapat pula menyampaikan konsep atau subkonsep non eksperimen, yang memerlukan alat bantu, misalnya cara menggunakan osiloskop.
4.Kegiatan di lapangan juga dapat dilakukan yang merupakan Jual Laboratorium Bahasa alam. Dalam melaksanakan kegiatan di Jual Laboratorium Bahasa alam ini adalah untuk menyampaikan atau menerapkan aplikasi-aplikasi dari materi fisika dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus sudah menyiapkan fasilitas, alat seadanya ataupun siap memberikan pemahan konsep tentang aplikasi dari materi.
Kegiatan praktikum fisika dapat dan seharusnya dilaksanakan di Jual Laboratorium Bahasa, baik Jual Laboratorium Bahasa yang disiapkan terlebih dahulu yang dilengkapi dengan segala macam peralatan yang dibutuhkan untuk praktik, dapat pula di Jual Laboratorium Bahasa alam yang memiliki fasilitas seadanya sesuai dengan alam yang ada disekitar sekolah. Jual Laboratorium Bahasa ini diharapkan dapat menempatkan cara belajar fisika sebagaimana seharusnya yang akan dapat melibatkan siswa belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga siswa dapat lebih memahami materi dibandingkan dengan pembelajaran biasa